feedburner

Lorem ipsum dolor sit amet,
consectetur adipisicing elit,
sed do eiusmod tempor incididunt ut labore
et dolore magna aliqua.

Title


class="span-24">

Klasemen

Hasil & jadwal pertandingan Arema
11 Oktober - Arema vs Persija 1-0
14 Oktober - Arema vs PSPS Pekanbaru 0-0
22 Oktober - Bontang FC vs Arema 1-2
25 Oktober - Persisam Samarinda vs Arema 0-1
28 November - Persitara vs Arema 0-0
2 Desember - Pelita Jaya vs Arema 0-2
6 Desember - Arema vs Persiwa Wamena 1-0
9 Desember - Arema vs Persipura Jayapura 2-1
12 Desember - Persijap Jepara vs Arema 0-1
16 Desember - Persela Lamongan vs Arema 1-0
19 Desember - Arema vs Persib Bandung 0-0
23 Desember - Arema vs Sriwijaya FC 3-0
10 Januari - Arema vs Persema Malang

Daftar pencetak gol Arema
4 gol - Noh Alam Shah,M. Fakhrudin
3 gol - Roman Chmelo
1 gol - Rahmat Affandi,Piere Njanka

Rabu, 15 Juli 2009

Hari Suporter Nasional

Bagi suporter Indonesia, 12 Juli 2000, sembilan tahun lalu oleh berbagai perwakilan kelompok suporter Indonesia di kantor redaksi bola terbersit ide cerdas untuk menjadikan tanggal tersebut sebagai hari suporter nasional.

Aremania di Stadion Kanjuruhan
Aremania di Stadion Kanjuruhan musim lalu, beratribut merah putih.
(foto: Ongisnade/Adi Kusumajaya)

Momen bersejarah itu kita lewati, sebagaimana sebuah hari jadi tentu ini ditunggu-tunggu oleh seluruh suporter di Indonesia. Ritual ulang tahun biasanya dilengkapi dengan acara potong kue dan sebelumnya tiup lilin, ada semacam ritual sebelumnya sehingga digunakan untuk make a wish atau semacam pengungkapan keinginan sebelum meniup lilin.

Sebagai seorang sedang berulang tahun dan meniup lilin nantinya, apa make a wishmu sebagai seorang suporter di ulang tahun kali ini.

Suporter cyber tentu bisa menjadi garda terdepan dalam perubahan, kita bisa rasakan itu karena dengan sekali klik seluruh informasi bisa masuk ke sudut-sudut kota dengan sangat cepat.

Sekedar menginggat tulisan Bambang Haryanto, setahun tahun lalu ketika memperingati sewindu hari suporter Kembali ke Hari Suporter Nasional, yang tanggal 12 Juli 2008, sudah sewindu umurnya. Sudah delapan tahun. Untuk sekedar merevitalisasi gagasan yang pernah kita sepakati bersama saat ide hari suporter nasional itu diluncurkan, Mayor Haristanto, saya dan beberapa teman dari Pasoepati Solo dan sekitarnya, mau bikin aksi. Aksi itu berupa happening art. Dengan melakukan aksi topo mbisu. Bersemedi dengan tidak mengeluarkan kata-kata.

Dengan hening itu, di tengah keriuhan perempatan Gladag Solo, mungkin ada gunanya dibanding aksi teriak-teriak. Toh teriak-teriak dari warga komunitas sepak bola Indonesia yang masih memiliki akal sehat selama ini, terkait kebobrokan dan wabah korupsi yang membelit sepakbola Indonesia, seolah menabrak tembok, bukan?

Kami toh mencoba berteriak, tetapi dengan bahasa yang lain. Memakai bahasa keheningan. Melakukan sebuah inner journey, perjalanan ke dalam diri kita, untuk meneliti kembali komitmen kami dan kita sebagai suporter sepak bola, sebagai bagian dari komunitas sepak bola Indonesia.

Kami akan membentangkan poster. Antara lain berbunyi, “Suporter Indonesia = Useful Idiots?” sampai “Suporter Indonesia, Suporter Myopia.” Katakanlah itu gugatan kami, kepada diri kami sendiri. Karena kami selama ini menderita myopia, cadok, rabun dekat. Kita hanya mampu melihat hal-hal yang dekat, misalnya fanatisme terhadap klub berdasarkan primodialisme yang berlebihan, bahkan rela dibela dengan nyawa.

Lalu merasa dengan kecadokan semacam itu kita merasa cukup. Merasa sehat. Merasa dunia sepak bola kita sudah beres-beres saja. Kita tidak menyadari terancam hanya menjadi useful idiot, orang-orang yang bagai kerbau dicocok hidung, karena tidak berani memiliki fikiran atau pendirian yang mandiri. Konflik-konflik antar suporter itu mungkin sengaja “dipelihara”, seperti halnya pelbagai konflik di tanah air, sehingga dapat memberikan keuntungan kepada sekelompok aktor intelektual tertentu.

Misalnya, konflik antarsuporter itu dapat “dibisniskan” dalam bentuk ajang pertemuan antar suporter, membuat deklarasi ini dan itu, dan ketika waktu berjalan semua hal itu mudah terlupakan. Ingat, bangsa kita adalah bangsa yang pelupa. Lalu ketika muncul konflik antar suporter lagi, terlebih lagi dengan munculnya korban jiwa, maka siklus bisnis itu berjalan kembali. Kecadokan kita yang dipelihara untuk meraih keuntungan.

Ritus dari siklus-siklus semacam sudah membuat kita kebal, sehingga mungkin sudah kita tidurkan apa itu yang namanya hati nurani. Akibatnya kemudian, kita menjadi tak hirau dengan apa yang terjadi di Senayan. Di kantor PSSI selama ini.

Gerontokrasi di PSSI. Persoalan sepak bola kita sudah terlalu besar untuk bisa kita cerna. Berdasar pemikiran itu sering membuat kita, para suporter berpendapat bahwa kita serahkan saja setotalnya, bahasa Jawanya pasrah bongkokan, kepada mereka-mereka yang kita anggap memiliki keahlian dan komitmen. Tetapi ketika korupsi juga meruyak ke sana, bahkan merasuk kepada pimpinan puncaknya, apa lagi yang bisa kita harap dari mereka?

Ayo tulis minimal bebera kalimat tentang hari supporter di web kita masing masing, mari menuju perubahan, Suporter cerdas bukan lagi sebuah impian.

Dikirim oleh Arista Budiyono, sekretaris Pasoepati Jabodetabek dan pengelola Suporter.info. Anda juga bisa mengirim artikel untuk dimuat di Ongisnade.net melalui emai

0 komentar: